Posts

Berjalan di Atas Air

Image
Bagian 8 Smokel Asso bersiap-siap menemui sakratul maut. Kengerian menjalar cepat dari ubun-ubun  melewati badan menuju ke kakinya yang bergetar serupa garpu tala. Mulutnya komat kamit tapi entah doa apa yang dilafalkan. Saya selalu berdoa diberi umur panjang, sehat dan mati tenang diumur tua di kampung , pikirnya suram,  tapi riwayatku tamat di sini, mati dengan cara menyedihkan di usia yang sangat muda. Mayatku tak akan pernah ditemukan. Perahu bermesin tempel 50 peka yang ditumpangi Asso dihajar badai yang walaupun tidak terlalu kencang namun cukup mematikan untuk sebuah perahu yang panjangnya hanya 13 meter dengan lebar dua meter lebih. Gelombang, angin dan hujan di selat antara Pulau Nunukan di Kalimantan Utara dengan Pulau Sebatik yang menjadi perbatasan Malaysia terlalu ganas untuk sebuah perahu yang hanya digerakkan oleh mesin bertenaga kecil yang menempel ringkih di posisi buritan. Air laut bercampur hujan sudah memasuki perahu dan bukan perkara mudah m

Berjalan Di Atas Air, Sebuah Movel

Pengantar Cerita dalam tulisan yang saya publikasi mulai hari mungkin lebih tepat disebut sebagai memoar novel yang kemudian saya sebut MOVEL. Karena sifatnya itulah, maka sebagian dari cerita ini benar belaka, setidak-tidaknya empat tokohnya benar-benar nyata, dan sebagian lagi rekaan. Tulisannya diupload bersambung. Selamat menikmati. Tabik Rahman Prolog Bogor,  pertengahan tahun yang basah. Hujan semalam masih meninggalkan jejaknya di jalanan kota ini pada awal pagi yang dinginnya menusuk nusuk kulit. Kabut tipis bercampur debu Gunung Galunggung di Tasikmalaya yang meletus beberapa waktu sebelumnya masih menggantung di atas Kebun Raya yang kesohor itu karena koleksi tanamannya puluhan ribu terpelihara baik meski usianya sudah ratusan tahun sejak dibuat Belanda dulu.  Letaknya yang berada di jantung kota Bogor tidak saja menjadikan Kebun Raya sebagai hiasan indah, melainkan juga menjadi peneduh bagi siapa saja yang lelah berjalan dan ingin merebahkan diri m

Film Siti dan Perempuan yang Pingin Pipis

Image
  ‘ ‘Arep nguyuh. ’’ Saya memutuskan, tanpa ragu sedikitpun, untuk menonton film Siti, segera setelah diumumkan akan ditayangkan di bioskop , akhir Januari  2016 . Bukan karena lama tidak menonton film, maksudku film Indonesia , juga bukan karena sedang tidak ada kerjaan, terlebih karena iseng-iseng  belaka. Bukan , bukan karena  semua itu. Saya melangkah ke bioskop dengan pasti setelah membaca bahwa film ini  diganjar  begitu banyak penghargaan  di luar negeri ,  termasuk  sebagai Film Terbaik FFI 2015 . Tidak banyak, sepanjang yang saya ingat, film Indonesia yang mendapat  perhatian dan terlebih penghargaan di luar negeri akhir-akhir ini. Saya ingin melihat seperti apa gerangan film yang laku di festival-festival film di luar negeri itu.   Film yang awalnya dibuat indi e  dan  memang  dimaksudkan untuk ikut festival film ini, harus diakui, jauh lebih greget melampuai biayanya yang murah meriah untuk ukuran sebuah film (Rp 150 juta).  Meski tema yang diangkat tidaklah i

Totto-chan dan Kerinduan pada Masa Kanak-kanak

Image
“Jangan mati dulu sebelum membaca novel ini,” ujar Helvy Tiana Rosa pada acara pelatihan menulis kreatif yang diadakan kantor saya belum lama ini. Helvy merujuk novel Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela Saya nyaris tertawa, jika saja tidak mengingat bahwa itu di dalam kelas, mendengar ucapan Helvy itu. Apa yang hebat dari novel ini, sampai-sampai seorang penulis sekaliber Helvy merekomendasikannya. Saya sudah melihatnya dipajang di toko buku ketika pertama kali diterjemahkan dua tahun silam. Boro-boro membacanya, melirik pun tak. Sampulnya saja tidak menarik minatku, gambar grafis anak-anak, apalagi membelinya. Tapi karena Helvy mengatakan itu sedemikian rupa menyakinkannya, saya pun ke toko buku membelinya. Astaga, saya salah sesalah-salahnya. Melanggar petuah lama: jangan menilai buku dari sampulnya. Saya benar-benar, secara harfiah, menilai buku dari sampulnya. Buku ini, harus kuakui, keren. Helvy benar belaka. Saya bukan pecinta novel anak-anak atau tentang m

Kopi, Gowes, dan Si Teteh

Image
Hari masih diselimuti halimun Di sini, di ketinggian 1.800 meter dari permukaan laut Hanya kopi yang bisa menghangatkan tubuh Kopi Malabar dari Pangalengan yang kesohor itu Dipetik langsung dari pohonnya Diseduh dengan air gunung yang suci Hm...harumnya terus menggantung di udara tak mau pergi Benar belaka kata orang, secangkir kopi sudah cukup membuat dunia berputar Ini kopiku Mana kopimu? Ngopi sama siapa? Dimana? Baiklah, sepedaku sudah menunggu Siap digenjot Menuju kemana? Mungkin ke rumah si teteh di Bandung Selatan Tapi jalan menunju rumahnya terjal benar Dan warung penjual bandrek di pengkolan dekat poskamling yang dulu suka saya singgahi sudah bangkrut katanya gara-gara kurs rupiah yang nggak ketulungan anjloknya Pangalengan, 26 September 2015

I Want To Ride My Bike (Saya dan Sepeda)

Image
Ini kisah tentang saya dan sepeda (ku). Tak ada yang lebih saya tunggu di ujung pekan selain mengayuh sepeda. Di atas sadel, saya merasakan, setidak-tidaknya dua hal: adrenalin mengalir kencang sehingga saya merasa berumur 17 tahun. Kedua, seluruh masalah yang membebani pikiran selama lima hari sebelumnya sontak hilang. Ini juga cara katarsis yang paling ampuh. Jangan lihat sepedanya, lihat sudah berapa kilometer dan tanjakan yang dia lewati Di sekitar Ciwedey, Bandung, setelah menempuh perjalan yang melelahkan karena hujan besar Hari kedua Jambore Sepeda, setelah sehari sebelumnya dihajar hujan deras dan tanjakan "asu" menuju 1700 meter di atas permukaan laut..bayangin deh tuh elevasi tanjakannya, "ngehe" bukan :) Bersama peserat Jambore Sepeda di kompleks Kopasus, Batujajar Bergaya di tengah sawah dengan pemandangan latar belakang Kopasus latihan terjun Menyeberangi danau saguling dengan perahu Bersiap berangk

Tentang Kenangan dan lain-lain

Waktu berlalu Orang berubah Perasaan memudar Kenangan, tentang sesuatu atau seseorang, kadang masih terlintas Tapi Hidup mesti terus berjalan iNay Maryam 25 Februari 15